Rabu, 29 Februari 2012

F U N W R I T T I N G - Aktivis dan Realitas Sosial ( 29 Februari 2012 )

Aktivis dan Realitas Sosial
oleh :Ciptaning Tyaslarasati

Hidup sesak gempita diantara para mahasiswa yang agresif demi kebaikan suatu Negara, mungkin adalah pemadangan umum atau mungkin suatu makanan sehari-hari yang dialami oleh mahasiswa yang menyandang gelar sebagai aktivis, terutama di negeri ini. Namun, dibalik suara toa yang lantang saat berdemo, tulisan provokatif yang mengancam atau diskusi – diskusi yang sebagian cukup memeras otak, ternyata mereka tetap merasakan kegalauan yang dialami mahasiswa atau remaja pada umumnya. Galau karena Negara, pemerintahan atau rakyat yang tertindas mungkin hal biasa mereka alami, tetapi disaat para pemikir itu menggalaukan lawan jenis mereka adalah suatu hal yang mungkin jauh lebih menarik untuk diketahui, daripada melihat kegalauan mahasiswa biasa.
Berawal dari sebuah buku yang dijadikan film, ‘Soe Hok Gie : Catatan Seorang Demonstan’ membuka mata kita tentang cerita dibalik keseharian seorang aktivis dibalik tulisannya yang membombardir pemerintah, ternyata terdapat puisi – puisi manis yang penuh makna dalam bagi kaum hawa yang membacanya.
Puisi, mungkin adalah sebuah pelabuhan kata-kata bagi seorang demonstran seperti Gie dalam mengungkapkan kegalauannya, dalam buku tersebut, tepat di bab ke-tujuh dengan tema Politik, Pesta dan Cinta, halaman pertama bab ke-tujuh itu kita sudah disuguhkan dengan sebuah puisi yang beliau rangkai sendiri dengan judul,”Sebuah Tanya” yang sampai sekarang entah ditujukan untuk siapa, tetapi dari tiap bait yang tersusun dapat dipastikan bahwa itu adalah puisi tentang cinta.
Kegalauan Gie akan seorang wanita yang singgah dihatinya itu ternyata tertuang dalam buku hariannya yang sekarang bisa dibaca diseantero Indonesia, siapa yang tidak kenal dengan Rina dan Maria, dua tokoh wanita yang ter-ekspose cukup dalam dikehidupan Gie, terutama Maria yang harus menolak Gie karena orangtua Maria yang tidak mengizinkan sebuah pertemanan istimewa mereka karena faktor Gie adalah seorang aktivis kampus yang terkenal dengan ke-ekstremannya dalam melawan pemerintah.
Berikut adalah beberapa kalimat-kalimat kegalauan Gie yang ditulis dalam buku hariannya :
 “Saya katakan bahwa kalau ia (Maria) ingin tetap jadi kawan, soalnya telah terlambat. Hal ini memerlukan proses waktu. Cara satu-satunya adalah agar kita saling menjauhi. “Kalau kau di (warung) senggol, saya tak akan kesana. Kalau saya ada di Senggol dank aku datang saya pergi. Ia kelihatannya kacau sekali, kita ngomong soal-soal ini lama sekali sampai tiga jam.”(Jum’at, 4 April 1968)
“Sangat sulit untuk menebak perasaan Rina yang selalu tersenyum. “She is a smiling mask. Saya tanyakan kemudian apakah ia merasa sakit karena hubungan saya dengan Maria. Ia katakan tidak, tapi ragu – ragu dengan jawaban ini. She is a human being. Saya katakan pada Rina bahwa saya punya guilty feelings terhadapnya. Lebih – lebih kalau ia ramah waktu malam balas jasa. Kepada mereka saya nyatakan perasaan sakit saya. Is it’s a crime being an idealist?” .”(Jum’at, 4 April 1968)
“Saya ingat nasib prajurit – prajurit yang juga diprasangkai oleh banyak orang. Mereka dipuja – puja, diciumi di jalan sebagai tentara pembebas. Tapi kalau ada putrinya yang ingin kawin dengan tentara, nanti dahulu. Perasaaan inilah yang ada pada saya sekarang. Soal ini telah lama saya sadari. Tetapi pada waktu itu datang sebagai kenyataan, rasanya pedih sekali. Tapi saya tak menjadi emosional. Saya pikir saya jauh lebih tenang dan dewasa.”(Sabtu-Minggu, 5-6 April 1969)
“Saya juga berpikir tentang diri saya sebagai little guy yang harus melihat realitas – realitas pacaran secara menakutkan.”(Rabu, 9 april 1969)
Seorang aktivis seperti Gie pun tidak melulu membicarakan tentang demokrasi atau keadilan kepada kerabatnya, sosok seperti inilah yang sesungguhnya butuh teman bercengkrama yang lebih personal.”Malamnya saya mampir di rumah Diana. Ngobrol lama sekali dan dia kelihatan bahagia. Bahkan saya agak down. Katanya, belum pernah saya bicara begitu personal. Saya katakan bahwa : “I am not an idealist anymore. I am a bitter realist.”(Rabu, 16 April 1969)
“Suasana yang tak menentu dengan Maria pecah hari itu, ia bilang bahwa ia akan nonton poetry reading bersama Humphrey”(Kamis, 17 April 1969)
“Rina dan saya bicarakan secara terus terang kekhawatiran saya terhadap Maria yang kelihatannya makin meyerah dan apatis. Rina kecam saya dan bilang bahwa saya harus memperlakukan Maria secara sedikit lebih istimewa. Saya lebih sadar akan prospek – prospek yang lebih suram.”(Jum’at, 25 April 1969)
Untuk menulis atau memikirkan sebuah Negara yang carut marut pada masa itu dan terbangun tengah malam, menjadi pemandangan biasa diantara para aktivis, Gie mengalami pencabangan fikir antara logika dan perasaan yang tidak menentu. “Saya tidur kurang lebih tengah malam. Satu setengah jam kemudian saya bangun, saya ingat kembali situasi baru yang saya hadapi. Saya pikir bagimana gelisahnya Maria pada malam itu. Menjelang jam empat pagi saya terbangun kembali. Saya sadar bahwa dalam tidur kerika subconcicus yang merajai semua – semuanya. Saya tidak dapat menipu diri saya”(Senin, 28 April 1969)
Perlu dicungi jempol bagi aktivis tahun 60an ini, bahwa sesungguhnya cinta dan masalah kegalauannya bukanlah sesuatu hal yang dapat merubah jati diri dan setiap gerakannya demi Negara Indonesia.“Kau cuma cinta diri kamu dan karier kamu”. Pada Yanti saya jelaskan lagi semuanya dari awal. Tentang hubungan saya dengan Rina dan karier saya. “Saya tak punya karier”. “Kamu seorang humanis yang nyerempet – nyerempet bahaya dan setiap waktu dapat dipenjara”. Saya katakan pada Janti bahwa saya menolak untuk mengubah diri saya karena seorang pacar.”Apakah saya harus melupakan semua karena cinta?”(Jum’at, 2 Mei 1969)
Aktivis tetaplah manusia, secerdas apapun ia berpikir, selantang apapun ia berteriak dan sekeras apapun ia memberontak, baik aktivis ataupun demonstran adalah manusia yang tidak selalu memikirkan apa yang harus dikerjakan sekarang,hari ini, esok dan seterusnya bagi Negara dan bangsa. Maju terus para aktivis muda :D 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar